“Siapa yang ingin bersahabat dengan
Allah,
maka seharusnya ia memulai dengan
meninggalkan segala syahwat diri
(kepentingan pribadi).
Sang hamba tidak akan
sampai kepada Allah,
jika masih ada pada dirinya
segala kesenangan dirinya.
Dan tidak juga sampai,
jika dalam dirinya ada segala keinginan.”
maka seharusnya ia memulai dengan
meninggalkan segala syahwat diri
(kepentingan pribadi).
Sang hamba tidak akan
sampai kepada Allah,
jika masih ada pada dirinya
segala kesenangan dirinya.
Dan tidak juga sampai,
jika dalam dirinya ada segala keinginan.”
Wirid atau kebiasaan ubudiyah
orang-orang shiddiqin itu ada dua puluh macam:
1-Puasa,
2-Shalat,
3-Dzikir,
4-Membaca Al-Qur’an,
5-Menjaga tubuh (dari tindakan haram)
6-Mencerca nafsu dari syahwatnya,
7-Amar ma’ruf
8-Nahi munkar
1-Puasa,
2-Shalat,
3-Dzikir,
4-Membaca Al-Qur’an,
5-Menjaga tubuh (dari tindakan haram)
6-Mencerca nafsu dari syahwatnya,
7-Amar ma’ruf
8-Nahi munkar
Semua kategori tersebut didasarkan
pada:
9-Zuhud terhadap dunia
10-Tawakkal kepada Allah
11-Ridha pada keputusan Allah
12-Cinta yang murni yang didasarkan empat perkara:
13-Iman
14-Tauhid
15-Niat yang benar
16-Cita-cita yang luhur.
9-Zuhud terhadap dunia
10-Tawakkal kepada Allah
11-Ridha pada keputusan Allah
12-Cinta yang murni yang didasarkan empat perkara:
13-Iman
14-Tauhid
15-Niat yang benar
16-Cita-cita yang luhur.
Namun semua ini tak bisa diharapkan
kecuali dengan empat karakter di bawah ini:
17-Ilmu
18-Wara’
19-Takut penuh rindu kepada Allah
20-Tawadhu’ kepada sesama hamba Allah.
17-Ilmu
18-Wara’
19-Takut penuh rindu kepada Allah
20-Tawadhu’ kepada sesama hamba Allah.
Ibadah para shiddiqin (ungkapan ini
mengutip fatwa gurunya) ada dua puluh macam:
Makanlah kamu sekalian; minumlah; berpakaianlah; bepergianlah; menikahlah; bertempat tinggallah; letakkanlah segala hal pada porsi yang sesuai dengan perintah Allah Swt.; janganlah berlebih-lebihan; beribadahlah kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya; seharusnya Anda sekalian mencegah bencana; menanggung beban; mencurahkan kebajikan. Semua ini merupakan separo kecerdasan.
Separo yang lain adalah: menunaikan kewajiban-kewajiban; menjauhi larangan-larangan; ridha terhadap qadha Allah;
Makanlah kamu sekalian; minumlah; berpakaianlah; bepergianlah; menikahlah; bertempat tinggallah; letakkanlah segala hal pada porsi yang sesuai dengan perintah Allah Swt.; janganlah berlebih-lebihan; beribadahlah kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya; seharusnya Anda sekalian mencegah bencana; menanggung beban; mencurahkan kebajikan. Semua ini merupakan separo kecerdasan.
Separo yang lain adalah: menunaikan kewajiban-kewajiban; menjauhi larangan-larangan; ridha terhadap qadha Allah;
Dan diantara ibadah kepada Allah
adalah tafakkur terhadap perintah Allah; sedangkan berpegang teguh kepada agama
Allah merupakan dasar ibadah dan zuhud duniawi. Sedang prinsip utamanya adalah
tawakkal kepada Allah.
Ini semua merupakan ibadah
orang-orang yang sehat jiwanya dari orang-orang yang beriman. Kalau Anda sakit
jiwa, maka carilah kesembuhan dan pembebasan melalui para Ulama; namun pilihlah
diantara mereka ini yang taqwa, yang senantiasa memberi petunjuk dan
bertawakkal kepada Allah.
Aku pernah bertanya kepada guruku tentang wirid ahli hakikat. Sang guru menjawab, “Engkau harus menggugurkan hawa nafsu, dan senantiasa mahabbah kepada Allah.”
Aku pernah bertanya kepada guruku tentang wirid ahli hakikat. Sang guru menjawab, “Engkau harus menggugurkan hawa nafsu, dan senantiasa mahabbah kepada Allah.”
Memang, cinta itu menolak untuk
digunakan oleh pecinta kepada selain yang dicintainya.
Suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepada guru –semoga Allah merahmatinya — “Berilah saya amalan dan wirid-wirid.”
Suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepada guru –semoga Allah merahmatinya — “Berilah saya amalan dan wirid-wirid.”
Lantas guru marah dan berkata,
“Apakah aku ini Rasul? Lalu memberi perintah kewajiban-kewajiban? jelas, segala
yang fardhu itu sudah maklum, segala larangan itu sudah populer. Karena itu
jagalah kefardhuan, dan tolaklah kemaksiatan, jagalah hatimu dari hasrat
duniawi dan hasrat pada wanita, mencintai kedudukan serta memprioritaskan
syahwat. Terimalah apa yang telah diberikan Allah Swt. kepadamu. Apabila ada
jalan keluar menuju ridha bagimu, bersyukurlah. Bila yang keluar adalah jalan
siksaan, maka bersabarlah. Cinta kepada Allah itu merupakan pusat dimana segala
kebaikan berpusat padanya. Cinta itu merupakan dasar dari ragam karamah. Untuk
membentengi semua itu perlu ada empat macam:
Wara’ yang benar;
Niat yang benar;
Amal yang ikhlas dan
Bersahabat dengan pengetahuan.
Niat yang benar;
Amal yang ikhlas dan
Bersahabat dengan pengetahuan.
Ini semua pun tidak akan sempurna
kecuali dengan berguru pada orang yang shalih atau berguru kepada syeikh yang
bisa mensukseskannya.